Rabu, 15 Januari 2014

Madiba Vandana Afias



Senin 13 Januari 2014, di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, dalam suasana duka, anakku dan Afidah hadir di dunia, 15 jam setelah kakeknya, ayah kandung Afidah, bapak mertuaku, Jami’an, meninggalkan dunia.

“Suami dari Nyonya Afidah?” suara panggilan seorang perawat menyembuhkanku dari kantuk.

Aku tergopoh-gopoh masuk ke arah ruangan di mana perawat tadi memanggil. Aku dimintanya menunggu, sementara perawat tadi masuk ke dalam ruangan dan hanya sebentar kemudian keluar menggendong bayi.

“bapak, ini bayinya, perempuan, lahir pukul 4.10, beratnya 3 kilogram, panjang 48 centimeter, ini jari tangannya lengkap, terus ini jari kakinya juga lengkap ya pak” si perawat dengan tangkas mencoba memberi keterangan di hadapan orang yang masih terkejut dengan kehadiran bayi itu.

“ya..ya..ya..” tanggapanku mengamini si perawat.

“Ini normal atau operasi bu?” kutanyakan itu karena sebelumnya pihak rumah sakit telah meminta persetujuanku untuk dilakukan persalinan dengan mengunakan vacum atau operasi, dan aku telah menyutujuinya.

“normal pak” jawab si perawat.

“kondisi ibunya gimana bu?”

“baik, sedang dalam perawatan pasca persalinan. Ini bayi-nya pak” Si perawat menyodorkan bayi itu kepadaku.

Sambil kugendong, kusapa bayi itu. “Madiba, ini ayah”

Sekilas kulihat senyum dari bayi berwajah bulat yang mirip ibunya itu.

*****


Madiba Vandana Afias, sebuah nama yang Aku dan Afidah persiapkan untuk anak kami.

Madiba merupakan salahsatu nama panggilan dari Nelson Mandela, seorang pejuang Afrika Selatan yang pada 5 Desember 2013 lalu menutup usia. Keberanian, ketulusan dan kesabarannya dalam berjuang bersama rakyat menentang rezim apartheid di Afrika Selatan, bagi kami, patut menjadi teladan.

Sedangkan Vandana, kami ambil dari nama depan seorang perempuan pejuang asal India, Vandana Shiva.  Ia juga seorang pemberani yang sangat menentang pembangunan yang dilihat dari sudut pandang pertumbuhan ekonomi yang saat ini telah mendominasi dunia, karena pembangunan yang demikian, menurutnya berasal dari persepsi budaya yang meminggirkan produksi tradisional -yang sesungguhnya menjamin keberlangsungan hidup dan ramah lingkungan- dan menggantikannya dengan teknologi-teknologi maju yang berorientasi pada pertumbuhan produksi barang dan hanya mengejar keuntungan semata, yang pada akhirnya membuat kerusakan pada alam dan meminggirkan peranan perempuan, dan mungkin itulah gambaran realitas yang sedang terjadi –termasuk di Indonesia- ketika anak Kami lahir.

Seperti yang kebanyakan orang percayai, bahwa nama merupakan sebuah doa atau harapan, maka dengan nama Madiba Vandana, Kami pun berharap anak Kami kelak akan menjadi seorang yang pandai dan pemberani, seperti orang-orang yang melekat dalam namanya, tentu dengan berpegang pada nilai-nilai kejujuran.

Sementara Afias sebagai nama belakang, merupakan penggabungan dari nama orang tuanya. Afi- adalah singkatan dari nama ibunya, Afidah, sementara -As adalah singkatan dari nama ayahnya, Asep. 

Dari ketiga nama tersebut, kami sebagai orangtua, sejak dalam kandungan telah memanggil-manggilnya Madiba.

***

Bayi itu masih dalam gendonganku, ketika kuucapkan :

“Selamat datang di dunia nak, selamat menjalani kehidupanmu!”


-Semarang, 15 Januari 2014-


1 komentar:

  1. Ayah, dalam tulisan ini lengkap dan mengharukan jika diberi gambaran perjangan ibunya dalam proses melahirkan, termasuk saat melahirkan kayo :)

    BalasHapus